Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Adisatrya Suryo Sulisto menyampaikan lalu lintas perjalanan akhir tahun umumnya akan terjadi lonjakan. Untuk itu PT. Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) harus mengantisipasi terjadinya peningkatan jumlah penumpang agar jangan sampai hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi, khususnya saat musim libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Kalau kami lihat dari segi persiapan dan langkah antisipasi yang dilakukan oleh PT. KCIC sudah cukup baik. Namun di akhir tahun seringkali terjadi kondisi cuaca yang buruk, musibah banjir dan tanah longsor. Kami harapkan semoga saja hal itu tidak terjadi agar semuanya bisa berjalan aman dan lancar,” ucap Adisatrya kepada WBIndonesia.com di sela-sela agenda kegiatan kunjungan kerja spesifik Komisi VI DPR RI ke Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/11/2024).
Menurutnya, terkait persiapan Nataru oleh BUMN Perkeretaapian, hal itu merupakan siklus tahunan yang seharusnya sudah dipahami langkah apa yang dilakukan oleh stakeholder terkait. Sementara pada pembahasan yang dilakukan dengan pihak pemerintah, Komisi VI DPR lebih concern pada masalah kereta api cepat.
“Kereta cepat ini sudah beroperasi semenjak Oktober 2023, jadi sudah satu tahun lebih. Tentunya bagaimana kedepan ini bisa men-maintance utang yang begitu besar. Kalau kita lihat, utang yang harus dibayar dalam satu tahun adalah sebesar Rp1,3 triliun lebih. Dan itu baru bunganya saja. Belum lagi nanti masa tenggang sepuluh tahun sudah selesai maka harus sudah mulai menurunkan pokok utangnya,” ungkap Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.
Ia menambahkan, dalam kurun waktu sepuluh tahun ini, PT Kereta Cepat Indonesia China perlu berinovasi. Ia menilai kalau hanya mengandalkan operasi penjualan tiket dengan volume penumpang yang seperti sekarang, menurutnya hal itu sangatlah berat.
“Jadi dalam sepuluh tahun ini diperlukan inovasi-inovasi dari kereta cepat untuk dikembangkan dan bisa membantu bisnis kereta cepat ini dalam membayar utang bunga dan pokoknya. Ini tantangan yang terberat dari sisi finansial. Yang lainnya menyangkut soal pelayanan juga harus ditingkatkan. Kita tadi melihat di Stasiun Halim sudah mulai ramai dibandingkan dengan tahun lalu. Oleh karenanya pelayanan tidak boleh kendor,” kata Adisatrya.
Ia juga sempat menyinggung soal transfer teknologi. Adisatrya menyebut bahwa kereta cepat perlu teknologi tinggi. Transfer teknologi di awal, seperti buku panduan, SOP, dan lain-lainnya itu merupakan transfer teknologi tahap pertama.
“Kedepannya kita ingin insinyur-insinyur perkeretaapian Indonesia lebih mempelajari bagaimana cara bekerja teknologi kereta cepat ini supaya kalau kedepan Indonesia mengembangkan kereta cepat, misalnya Jakarta – Semarang, Surabaya dan lain-lainnya, keterlibatan (teknologi) kita bisa lebih tinggi lagi,” tegasnya.